SENTILAN-SENTILUN 'POLITIK' KYAI HASAN
Catatan Dari Masjid Istiqlal
Dalam berbagai kesempatan pertemuan di Pondok Gontor, Pak Kyai Abdullah Syukri sering mengingatkan para santri untuk tidak buta politik, dengan mengutip pesan M. Natsir kepada K.H. Imam Zarkasyi berikut ini.
"Seorang kyai itu harus tahu politik, tetapi tidak boleh berpolitik praktis".
Pesan tersebut tetap dijaga sampai sekarang. Oleh karena itu Pimpinan Gontor tidak pernah berpolitik praktis. Inilah yang membedakan Pondok Gontor dengan pondok pesantren lain.
Mengapa Gontor tidak berpolitik praktis? Sebab Pondok Gontor lebih mementingkan kepentingan umat daripada kepentingan pihak (partai) tertentu. Artinya, Pondok Gontor tidak akan berafiliasi kepada partai, ormas, atau golongan tertentu. Hal ini sejalan dengan falsafah "Pondok Modern Gontor di atas dan untuk semua golongan".
Selain itu Pak Kyai Syukri juga sering mengatakan bahwa pendidikan merupakan politik tingkat tinggi.Artinya, Pondok Gontor yg tetap istiqamah dng sistem pendidikan yg ada, telah berpolitik tingkat tinggi.
K.H. Hasan Abdullah Sahal, dalam acara sujud syukur 90 tahun Pondok Gontor di Masjid Istiqlal, Sabtu (28/5/2016), memberikan sentilah politik yang sangat dalam maknanya, sebagaimana ditulis oleh alumni dengan inisial ARB.
"Sejelek-jelek Muslim, senakal-nakal Muslim, walau pun masuk penjara, akhirnya pasti masuk surga juga.Sebaliknya, Seadil-adil kafir, sebaik-baik kafir, pasti akhirnya akan masuk neraka", ucap Kyai Hasan.
Waktu kita memilih di bilik TPS, tambahnya, maka Malaikat akan mencatat kita memilih kafir atau memilih orang Islam dan ini akan dilaporkan oleh Malaikat kepada Allah Azza wa jalla.
Nah, pembaca sudah bisa menyimpulkan sendiri, apa maksud sentilan-sentilun Kyai Hasan tersebut.
__________________________
Sumber Group WA Alumni Al Amien Prenduan
__________________________
Baca Juga jangan kaget 5 PERBEDAAN PENDIDIKAN PESANTREN DAN KOLAH UMUM
"Selamat ulang tahun GONTOR"
sebagai Muslim memilih pemimpin yang Muslim itu wajib ya
ReplyDeletememilihnya tidak wajib gan. kecuali kita mematuhi pemerintah (Ulil Amr).
Deletesdang kita hidup di Indonesia, jadi saran saya harus memilih. karena itu peraturan pemerintah.
untuk memilihnya itu ttp kembali pada individu masing-masing. sebagai orang awam seperti saya ya ikut ulama saja. karena para ulama tidak mudah berkata bila tidak sesuai fakta.
dan ulama lebih hati hati dibanding kita yang kebiasaan sekedar ikut ikutan media.
salam hangat gan