KULTUM MALAM KEDUA
ِبسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ. اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. وَ الصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى الْمَبْعُوْثِ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَ َأصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ.
Kultum Kedua Ramadhan ini kami mengambil tema Keimanan.
Ramadhan adalah sebuah musim melimpahnya buah iman dan taqwa. Pintu-pintu kebajikan di hari-hari Ramadhan, sepanjang tahun selalu terbuka bagi semua orang melalui jalur puasa, tanpa mengenal jenis kebangsaan dan warna kulit, atau negara dan bahasa, atau di petak tanah yang manapun dari bumi Allah ( ini. Semua itu terbuka bebas untuk mereka, pintu-pintunya tak pernah tertutup sekejappun untuk mereka yang senang menyambutnya.
Di dalam Lembaga Pendidikan Keimanan inilah setiap individu muslim menjalankan penempaan jasmaniyah dan rohaniyah melalui praktek puasa sebulan penuh, sepanjang hari dan sebagian dari malam hari. Mereka mengasah taqwa dengan taubat dan istighfar. Mengikuti jalur-jalur steril maksiat dan bentuk kejahatan lainnya.
Menempa qalbu menjadi ikhlas dan jernih. Penuh dzikir menerpa doa. Dari kehalusan batin selalu cemas akan adzab Allah, tapi senantiasa penuh harap akan rahmat-Nya. Segala hal dan kebutuhan semata digantungkan kepada-Nya. Dari penempaan jiwa inilah muncul kendali, meluruskan nafsu dan syahwat, membangkitkan semangat dan introspeksi, menatap masa depan dan meraih nilai-nilai luhur.
Maka dari Ramadhan itulah nilai-nilai kesabaran bermunculan dengan segala aspek dan prospeknya, sabar menanggung beban, sabar akan penderitaan, sabar menahan musibah dan cobaan, sabar melakukan ibadah dan Qiyamul Layl dan sabar menahan diri dari kemaksiatan dan dosa yang pada lahirnya amat mengasyikkan.
Dengan puasa, di dalam hati seseorang tertanam rasa senang berbuat baik kepada orang lain, solidaritas, shilaturrahim, mencintai kaum dhuafa, anak yatim, fakir miskin, bergotong royong untuk berbuat kebaikan dan taqwa. Bukan itu saja, bahkan dengan puasa pula di dalam hati seseorang dapat tumbuh rasa dermawan, membuat dia tidak suka mengabdi kepada harta karena bakhil. Sebab itu, dia berhati bersih, berperilaku dan bertutur kata baik. Bukankah kelak seseorang ditelungkupkan ke dalam api neraka karena buah lidah dan dosa-dosanya?! Maka dengan puasa itulah seseorang dapat mengekang lidah agar tidak mendapat murka dan azab Allah.
Akhirnya setelah bulan Ramadhan, dipermukaan dunia ini tak ada seseorang yang suka memaki dan mencela serta mencerca. Tak ada ucapan cabul dan keji. Tak ada gosip dan adu domba. Tak ada umpatan dan celaan, baik dengan perbuatan, sikap ataupun ucapan. Tak ada penipuan dan persaksian palsu, karena lidah setiap umat manusia hanya suka berbuat kebajikan. Bahkan lebih baik memilih diam dari pada terperosok ke dalam jurang kejelekan.
Inilah penempaan puasa Ramadhan terhadap umat, membuat hubungan semakin kuat dan erat antara hamba dan Pencipta.
Ramadhan juga disebut bulan Al Quran, mengingat Al Quran diturunkan pada bulan Ramadhan. Allah berfirman:
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْ أُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ اْلهُدَى وَاْلفُرْقَانِ . فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ . وَمَنْ كَانَ مَرِيْضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ . يُرِيْدُ اللهُ بِكُمُ اْليُسْرَ وَ لاَ يُرِيْدُ بِكُمُ اْلعُسْرَ. وَ لِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللهَ عَلَى ماَ هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ (البقرة:185)
“Beberapa hari yang ditentukan itu ialah bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Quran, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa diantara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu. Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur”. (QS. Al Baqarah 2:185)
Al Quran adalah Kitab Suci agama Islam yang penuh petunjuk, dan pemisah antara yang halal dan yang haram. Di dalamnya terkandung obat penyejuk hati dan jiwa. Membacanya penyegar iman dan pelita hati, melepas segala duka dan lara. Rasulullah mensinyalirnya, di dalam hadits beliau:
إِنَّ هَذَا الْقُرْآنَ مَأْدُبَةُ اللهِ فَاقْبَلُوْا مَأْدُبَتَهُ مَااسْتَطَعْتُمْ, إِنَّ هَذَا الْقُرْآنَ حَبْلُ اللهِ, وَالنُّوْرُ الْمُبِيْنُ, وَالشِّفَاءُ النَّافِعُ, عِصْمَةٌ لِمَنْ تَمَسَّكَ بِهِ, وَنَجَاةٌ لِمَنِ اتَّبَعَهُ, لاَ يَزِيْغُ فَيُسْتَعْتَبَ, وَلاَ يَعْوَجُ فَيُقَوَّمَ, وَلاَ تَنْقَضِى عَجَائِبُهُ, وَلاَ َيخِْلقُ مِنْ كَثْرَةِ الرَّدِّ. أُتْلُوْهُ فَإِنَّ اللهَ يَأْجُرُكُمْ عَلَى تِلاَوَتِهِ، كُلُّ حَرْفٍ عَشْرُ حَسَنَاتٍ، أَمَا إِنِّىْ لاَ أَقُوْلُ الم حَرْفٌ وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ, وَلاَمٌ حَرْفٌ, وَمِيْمٌ حَرْفٌ
( رواه الحاكم وصححه)
“Al Qur’an ini hidangan Allah. Sambutlah hidangan-Nya menurut kemampuanmu. Al Qur’an ini tali Allah, cahaya yang jelas, dan obat manjur. Al Qur’an pelindung bagi yang berpegang kepadanya. Penyelamat bagi yang mengikutinya. Tak perlu diklarifikasikan karena tak ada yang meragukan. Tak perlu diluruskan karena tak ada yang bengkok. Digali sedalam bagaimanapun, keindahannya tak akan habis-habis. Diulang sebanyak berapapun tidak pernah membosankan. Bacalah! Allah senantiasa melimpahkan pahala. Setiap huruf sepuluh kebajikan. Aku tidak berkata Alif Laam Miim itu satu huruf. Melainkan Alif satu huruf, Laam satu huruf dan Miim satu huruf”. (HR. Hakim dan dinyatakannya Shahih).
Rasulullah mensinyalir para shahabat, betapa besarnya keutamaan yang terkandung di dalam bulan Ramadhan. Berbahagialah seseorang yang lulus menempuh penempaan-penempaan Ramadhan. Amatlah besar perhatian Rasulullah terhadap para shahabat, agar tidak seorangpun di antara mereka ketinggalan mempergunakan kesempatannya di dalam bulan Ramadhan yang datang sekali dalam satu tahun. Tak seorangpun yang tahu, apakah ia akan hidup sampai Ramadhan mendatang, atau berakhir pada tahun ini saja sehingga tidak dapat memasuki lagi Ramadhan mendatang yang penuh keimanan dan taqwa?!
Salman pernah meriwayatkan khutbah Rasulullah, di akhir Sya’ban antara lain bersabda:
يَاأَيُّهَا النَّاسُ! قَدْ أَظَلَّكُمْ شَهْرٌ عَظِيْمٌ مُبَارَكٌ، شَهْرٌ فِيْهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ، شَهْرٌ جَعَلَ اللهُ صِيَامَهُ فَرِيْضَةً ، وَقِيَامَ لَيْلِهِ تَطَوُّعًا . مَنْ تَقَرَّبَ فِيْهِ بِخَصْلَةٍ مِنَ الْخَيْرِكَانَ كَمَنْ أَدَّى فَرِيْضَةً فِيْمَا سِوَاهُ . وَمَنْ أَدَّى فَرِيْضَةً فِيْهِ كَانَ كَمَنْ أَدَّى سَبْعِيْنَ فَرِيْضَةً فِيْمَا سِوَاهُ ، وَهُوَ شَهْرُ الصَّبْرِ وَ الصَّبْرُ ثَوَابُهُ الجَنَّةُ ، وَشَهْرُ الموُاَسَاةِ ، وَ شَهْرٌ يُزَادُ رِزْقُ المُؤْمِنِ فِيْهِ ، مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ مَغْفِرَةً لِذُنُوْبِهِ وَ عِتْقَ رَقَبَتِهِ مِنَ النَّارِ ، وَكَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ مِنْ غَيْرِأَنْ يَنْقُصَ مِنْ أَجْرِهِ شَيْئٌ. قَالُوْا: يَا رَسُوْلَ اللهِ! لَيْسَ كُلُّنَا يَجِدُ مَا يُفْطِرُ الصَّائِمَ !فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم : يُعْطِي اللهُ هَذَا الثَّوَابَ مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا عَلَى تَمْرَةٍ أَوْ عَلَى شُرْبَةِ مَاءٍ أَوْ مَذْقَةِ لَبَنٍ. وَهُوَ شَهْرٌ أَوَّلُهُ رَحْمَةٌ وَ أَوْسَطُهُ مَغْفِرَةٌ وَآخِرُهُ عِتْقٌ مِنَ النَّارِ . مَنْ خَفَّفَّ عَنْ مَمْلُوْكِهِ فِيْهِ غَفَرَ اللهُ لَهُ وَ أَعْتَقَهُ مِنَ النَّارِ . وَاسْتَكْثِرُوْا فِيْهِ مِنْ أَرْبَعِ خِصَالٍ : خَصْلَتَيْنِ تُرْضُوْنَ بِهَا رَبَّكُمْ وَ خَصْلَتَيْنِ لاَ غَنَاءَ بِكُمْ عَنْهُمَا . فَأَمَّا الخَصْلَتَانِ اللَّتَانِ تُرْضُوْنَ بِهِمَا رَبَّكُمْ فَشَهَادَةُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَ تَسْتَغْفِرُوْنَهُ . وَ أَمَّا الخَصْلَتَانِ اللَّتَانِ لاَ غَنَاءَ بِكُمْ عَنْهُمَا فَتَسْأَلُوْنَ اللهَ الجَنَّةَ وَ تَعُوْذُوْنَ بِهِ مِنَ النَّارِ ، وَمَنْ سَقَى صَائِمًا سَقَاهُ اللهُ مِنْ حَوْضِيْ شُرْبَةً لاَ يَظْمَأُ حَتَّى يَدْخُلَ الجَنَّةَ .
(رواه ابن خزيمة في صحيحه ثم قال: إن صح الخبر ) للشيخ أبي عبد الرحمن ابن عقيل الظاهري رسالة بعنوان البرهان على تحسين حديث سلمان . انتهى فيها إلى أن الحديث حسن .
“Saudara-saudara! Sebentar lagi bulan Suci yang penuh berkah telah berada di hadapan kita. Pada bulan itulah terdapat semalam yang nilainya lebih baik dari pada seribu bulan. Allah telah mewajibkan kita berpuasa sebulan penuh pada bulan itu. Kita dianjurkan-Nya untuk Qiyamul Layl sebagai ibadah tambahan. Barangsiapa melakukan suatu kebajikan pada bulan itu, nilainya seperti melakukan ibadah fardhu di lainnya. Dan siapa melakukan suatu perbuatan fardhu di bulan itu, maka nilainya seperti melakukan tujuh puluh kali perbuatan fardhu di lainnya. Bulan Ramadhan disebut bulan sabar. Sabar, pahalanya surga. Disebut pula bulan peduli sosial. Bulan membuat orang mumin semakin bertambah rizkinya. Barangsiapa memberi buka puasa seorang berpuasa, maka diampuni dosa-dosanya, dibebaskan dari api neraka dan baginya pahala seperti pahala yang berpuasa tanpa berkurang sedikitpun. Shahabat bertanya: Wahai Rasulullah! Tidak semuanya dari kami yang mampu memberi buka puasa kepada seseorang?
Rasulullah saw menjawab: Allah memberikan pahala ini kepada siapapun yang memberi buka puasa, sebiji tamar, seteguk air atau seceguk susu. Bulan Ramadhan, awalnya penuh rahmat, pertengahannya penuh ampunan dan akhirnya penuh pembebasan dari api neraka. Barangsiapa memperingan beban sahayanya, Allah mengampuninya dan membebaskannya dari api neraka. Perbanyaklah di bulan Ramadhan melakukan empat perkara, yaitu: Dua perkara membuat Tuhanmu senang dan dua perkra lainnya membuat kamu puas tidak pernah kurang. Dua perkara yang membuat Tuhanmu senang, adalah Syahadat dan Istighfar. Sedang dua perkara lainnya yang membuat kamu serba puas tidak pernah kurang adalah memohon surga kepada Allah dan dilindungi-Nya dari api neraka. Barangsiapa memberi minum kepada seorang berpuasa, Allah memberinya minum dari tamanku, yang membuatnya tidak pernah kehausan sampai masuk surga.
(HR. Ibnu Khuzaymah dalam Shahihnya)
Apabila Ramadhan merupakan bulan panen segala kebajikan karena melimpahnya pahala segala bentuk kebajikan dan pengampunan dosa-dosa serta pembebasan dari api neraka yang memang hal itu menjadi tumpuan harapan setiap muslim penuh iman, maka merupakan suatu keharusan bagi kita untuk bergabung bersama para aktifis di dalamnya mengikuti segala macam kegiatan keimanan dengan penuh antusias, sehingga pada akhir Ramadhan dapat meraih ijazah berperingkat istimewa (Mumtaz), dengan diampuni-Nya dosa-dosa dan dibebaskan-Nya dari api neraka. Dari Jibril Rasulullah bersabda:
ا اَلصِّيَامُ جُنَّةٌ يَسْتَجِنُّ بِهَا الْعَبْدُ مِنَ النَّارِ (رواه الإمام أحمد بإسناد حسن)
“Puasa itu sebuah perlindungan, tempat hamba Allah berlindung dari api neraka”.
(HR Imam Ahmad dengan sanad Hasan).
Imam Ahmad meriwayatkan pula dari Abu Hurayrah ( dengan sanad Marfu’.
اَلصِّيَامُ جُنَّةٌ وَحِصْنٌ حَصِيْنٌ مِنَ النَّارِ
“Puasa adalah sebuah perlindungan dan benteng kokoh dari api neraka”.
اَللَّهُمَّ اكْتُبْ لَنَا فِيْ هَذَا الشَّهْرِالكَرِيْمِ عِتْقًا مِنَ النَّارِ بِرَحْمَتِكَ يَا عَزِيْزُ يَا غَفَّارُ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ , وَصَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَى خَاتَمِ أَنْبِيَائِهِ وَرُسُلِهِ سَيِّدنَِا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
0 Response to "KEIMANAN KULTUM KEDUA"
Post a Comment