PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ikan lele merupakan salah satu jenis ikan air
Tawar yang sudah dibudidayakan secara komersial oleh masyarakat Indonesia
terutama di Pulau Jawa. Budidaya lele berkembang pesat dikarenakan 1) dapat
dibudidayakan di lahan dan sumber air yang terbatas dengan padat tebar tinggi,
2) teknologi budidaya relatif mudah dikuasai oleh masyarakat, 3) pemasarannya
relatif mudah dan 4) modal usaha yang dibutuhkan relatif rendah. Lele tidak
pernah ditemukan di air payau atau air asin. Habitatnya di sungai dengan arus
air yang perlahan, rawa, telaga, waduk, sawah yang tergenang air. Ikan lele
bersifat noctural, yaitu aktif bergerak mencari makanan pada malam hari. Pada
siang hari, ikan lele berdiam diri dan berlindung di tempat-tempat gelap. Indonesia ikan lele mempunyai beberapa nama daerah,
antara lain: ikan kalang (Padang),
ikan maut (Gayo, Aceh), ikan pintet (Kalimantan Selatan), ikan keling
(Makasar), ikan cepi (Bugis), ikan lele atau lindi (Jawa Tengah). Sedang di
negara lain dikenal dengan nama dumbo (Afrika), plamond (Thailand), ikan keli (Malaysia), gura magura (Srilangka),
ca tre trang (Jepang).
Pengembangan
usaha budidaya ikan lele semakin meningkat setelah masuknya jenis ikan lele
dumbo ke Indonesia
pada tahun 1985. Keunggulan lele
dumbo dibanding lele lokal antara lain tumbuh lebih cepat, jumlah telur lebih
banyak dan lebih tahan terhadap penyakit.
Belut
merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan bentuk tubuh bulat memanjang
yang hanya memiliki sirip punggung dan tubuhnya licin. Belut suka memakan
anak-anak ikan yang masih kecil. Biasanya hidup di sawah-sawah, di
rawa-rawa/lumpur dan di kali-kali kecil. Di Indonesia sejak tahun 1979, belut
mulai dikenal dan digemari, hingga saat ini belut banyak dibudidayakan dan
menjadi salah satu komoditas ekspor.
Sekarang, budi daya belut
bisa dilakukan di dalam tong atau kolam terpal. Murah, efisien, dan praktis.
Anda bisa membuatnya di pekarangan rumah, halaman belakang, dan di mana saja
asal mendapatkan cahaya matahari yang cukup.Biaya yang dibutuhkan lebih murah
dibandingkan membuat kolam konvensional. Untuk asumsi 20 tong saja, hanya
mengeluarkan tidak lebih dari 4 juta rupiah. Keuntungannya sekitar 60% dari
total penjualan hasil panen. Efisiensinya lebih tinggi. Anda tidak akan
kerepotan memberikan perawatan media tanam, pemberian pakan, dan pemanenan.
Pasalnya, media tong atau terpal mudah dijangkau laksana menanam pohon di dalam
pot. Medianya pun bisa dipindah-pindah sesuai kebutuhan.
Manfaat dari budidaya lele yaitu:
1. Sebagai
bahan makanan
2. Ikan
lele yang dipelihara di sawah dapat bermanfaat untuk memberantas hama padi
berupa serangga air, karena merupakan salah satu makanan alami ikan lele.
3. Ikan lele juga dapat diramu dengan
berbagai bahan obat lain untuk mengobati penyakit
asma, menstruasi (datang bulan) tidak teratur, hidung berdarah, kencing
darah dan lain-
lain.
Manfaat
dari budidaya belut yaitu:
1. Sebagai penyediaan sumber protein hewani.
2. Sebagai pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
3. Sebagai
obat penambah darah
Tujuan memilih usaha budidaya lele dan belut yaitu:
Karena konsumsi lele dan belut
sangat tinggi. Baik di pasaran lokal maupun luar negeri. Sementara saat ini, belut masih
kekurangan pasokan untuk memenuhi kebutuhan akan konsumsi belut. Pangsa pasar ekspor belut di
dunia sangat tinggi. Permintaan belut dari negara-negara Uni Eropa hingga kini
belum terpenuhi. Oleh sebab itu, prospek bisnis belut sangat menjanjikan.
Peternak tidak perlu merasa takut hasil panennya tidak ada yang beli. Jika
disalurkan atau bekerja sama dengan mitra yang bisa dipercaya, pemasaran belut
bukan lagi masalah.
Budidaya ikan lele, baik dalam
bentuk pembenihan maupun pembesaran mempunyai prospek yang cukup baik.
Permintaan konsumen akan keberadaan ikan lele semakin meningkat. Dengan teknik
pemeliharaan yang baik, maka akan diperoleh hasil budidaya yang memuaskan dan
diminati konsumen.
ISI
BUDIDAYA LELE
Budidaya
lele dapat dilakukan di kolam tanah, bak permanent maupun bak plastik. Usahakan
air dapat mengalir mengalir. Sumber air dapat berasal dari air sungai mapun air
sumur. Suhu air yang ideal untuk pertumbuhan ikan lele berkisar antara 22-32°C.
Suhu air mempengaruhi laju pertumbuhan, laju metabolisme ikan dan napsu makan
ikan serta kelarutan oksigen dalam air. Bentuk kolam yang ideal untuk
pemeliharaan ikan lele adalah empat persegi panjang dengan ukuran sesuai dengan
lokasi. Kedalaman kolam berkisar antara 1,0-1,5 m dengan kemiringan kolam dari
pemasukan air ke pembuangan 0,5%. Saringan dapat dipasang pada pintu pemasukan
dan pengeluaran agar ikan-ikan jangan ada yang lolos keluar/masuk.
Pelaksanaan Budidaya Lele :
1. Penyiapan Sarana dan Peralatan
Dalam pembuatan kolam pemeliharaan
ikan lele sebaiknya ukurannya tidak terlalu luas. Hal ini untuk memudahkan pengontrolan dan
pengawasan. Bentuk dan ukuran kolam pemeliharaan bervariasi, tergantung selera
pemilik dan lokasinya. Tetapi sebaiknya bagian dasar dan dinding kolam dibuat
permanen. Pada minggu ke 1-6 air harus dalam keadaan jernih kolam, bebas dari
pencemaran maupun fitoplankton. Ikan pada usia 7-9 minggu kejernihan airnya
harus dipertahankan. Pada minggu 10, air dalam batas-batas tertentu masih
diperbolehkan. Pembuatan kolam terbagi atas 2 cara
yaitu:
a. Persiapan kolam tanah
(tradisional)
Siapkan
kolam tanah. Lakukan pencangkulan tanah
dasar kolam dan ratakan. Berikan kapur ke dalam kolam bertujuan untuk
memberantas hama,
penyakit dan memperbaiki kualitas tanah. Dosis yang dianjurkan adalah 20-200 gram/m2,
tergantung pada keasaman kolam. Untuk kolam dengan pH rendah dapat diberikan
kapur lebih banyak, juga sebaliknya apabila tanah sudah cukup baik, pemberian
kapur dapat dilakukan sekedar untuk memberantas hama penyakit yang kemungkinan
terdapat di kolam.Pemupukan dengan kotoran ternak ayam, berkisar antara 500-700
gram/m2; urea 15 gram/m2; SP3 10 gram/m2; NH4N03 15 gram/m2. Kolam dibiarkan selama ± 7
(tujuh) hari, guna memberi kesempatan tumbuhnya makanan alami.
b. Persiapan kolam tembok
Persiapan
kolam tembok hampir sama dengan kolam tanah. Bedanya, pada kolam tembok tidak
dilakukan pengolahan dasar kolam, perbaikan parit dan bak untuk panen, karena
parit dan bak untuk panen biasanya sudah dibuat Permanen.
2. Penebaran Benih
Sebelum
benih ditebarkan sebaiknya benih disuci hamakan dulu dengan merendamnya didalam
larutan KM5N04 (Kalium permanganat) atau PK dengan dosis 35 gram/m2 selama 24
jam atau formalin dengan dosis 25 mg/l selama 5-10 menit. Penebaran benih
sebaiknya dilakukan pagi atau sore hari atau pada saat udara tidak panas.
Sebelum ditebarkan ke kolam, benih perlakuan penyesuaian suhu dengan cara
memasukan air kolam sedikit demi sedikit ke dalam wadah pengangkut benih. Benih
yang sudah teraklimatisasi akan dengan sendirinya keluar dari kantong (wadah)
angkut benih menuju lingkungan yang baru yaitu kolam. Hal ini berarti bahwa
perlakuan tersebut dilaksanakan diatas permukaan air kolam dimana wadah
(kantong) benih mengapung diatas air. Jumlah
benih yang ditebar 35-50 ekor/m2 yang berukuran 5-8 cm.
3. Pemberian
Pakan
Selain
makanan alami, untuk mempercepat pertumbuhan lele perlu pemberian makanan
tambahan berupa pellet. Jumlah makanan yang diberikan sebanyak 2-5% perhari dari berat total ikan
yang ditebarkan di kolam. Pemberian pakan frekuensinya 2 – 3 kali setiap hari.
Sedangkan komposisi makanan buatan dapat dibuat dari campuran dedak halus
dengan ikan rucah dengan perbandingan 1:9 atau campuran dedak halus, bekatul,
jagung, cincangan bekicot dengan perbandingan 2:1:1:1 campuran tersebut dapat
dibuat bentuk pellet.
4. Pemeliharaan Pembesaran
a. Pemberian Vaksinasi
Cara-cara vaksinasi sebelum benih
ditebarkan:
1. Untuk mencegah penyakit karena bakteri,
sebelum ditebarkan, lele yang berumur 2 minggu dimasukkan dulu ke dalam larutan
formalin dengan dosis 200 ppm selama 10- 15 menit. Setelah divaksinasi lele
tersebut akan kebal selama 6 bulan.
2. Pencegahan penyakit karena bakteri juga
dapat dilakukan dengan menyutik dengan terramycin 1 cc untuk 1 kg induk.
3. Pencegahan penyakit karena jamur dapat
dilakukan dengan merendam lele dalam larutan Malachite Green Oxalate 2,5–3 ppm
selama 30 menit.
b.Pemeliharaan Kolam/Tambak
1. Kolam diberi perlakuan pengapuran dengan
dosis 25-200 gram/m2 untuk memberantas hama dan bibit penyakit.
2. Air dalam kolam/bak dibersihkan 1 bulan
sekali dengan cara mengganti semua air kotor tersebut dengan air bersih yang
telah diendapkan 2 malam.
3. Kolam yang telah terjangkiti penyakit
harus segera dikeringkan dan dilakukan pengapuran dengan dosis 200 gram/m 2
selama satu minggu. Tepung kapur (CaO) ditebarkan merata di dasar kolam,
kemudian dibiarkan kering lebih lanjut sampai tanah dasar kolam retak-retak.
5. Pemanenan
A. Penangkapan
Beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam pemanenan:
1. Lele
dipanen pada umur 6-8 bulan, kecuali bila dikehendaki, sewaktu-waktu
dapat
dipanen. Berat rata-rata pada umur tersebut sekitar
200 gram/ekor.
2. Pada
lele Dumbo, pemanenan dapat dilakukan pada masa pemeliharaan 3-4 bulan
dengan berat 200-300 gram per ekornya.
Apabila waktu pemeliharaan ditambah 5-6
bulan akan mencapai berat 1-2 kg dengan
panjang 60-70 cm.
3.
Pemanenan sebaiknya dilakukan pada pagi hari supaya lele tidak terlalu
kepanasan.
4. Kolam
dikeringkan sebagian saja dan ikan ditangkap dengan menggunakan seser
halus, tangan, lambit, tangguh atau jaring.
5. Bila
penangkapan menggunakan pancing, biarkan lele lapar lebih dahulu.
6. Bila
penangkapan menggunakan jaring, pemanenan dilakukan bersamaan dengan
pemberian pakan, sehingga lele mudah
ditangkap.
7. Setelah
dipanen, piaralah dulu lele tersebut di dalam tong/bak/hapa selama 1- 2 hari
tanpa diberi makan agar bau tanah dan bau
amisnya hilang.
8. Lakukanlah penimbangan secepat mungkin dan
cukup satu kali.
B.
Pembersihan
Setelah ikan lele dipanen, kolam
harus dibersihkan dengan cara:
1. Kolam
dibersihkan dengan cara menyiramkan/memasukkan larutan kapur sebanyak
20-200 gram/m 2 pada dinding kolam sampai
rata.
2.
Penyiraman dilanjutkan dengan larutan formalin 40% atau larutan permanganat
kalikus
(PK) dengan cara yang sama.
3. Kolam
dibilas dengan air bersih dan dipanaskan atau dikeringkan dengan sinar
matahari langsung. Hal ini dilakukan untuk
membunuh penyakit yang ada di kolam.
ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA LELE
1.
Analisis Usaha Budidaya
Analisis Usaha Pembenihan Ikan Lele Dumbo adalah
sebagai berikut:
1. Biaya produksi
a.
Lahan
§
Tanah 12
x 15 m Rp. 18.000.000,-
§ Kolam 4 buah Rp. 5.000.000,-
b. Bibit/benih
§ benih 3000 ekor @ Rp. 150,- Rp. 450.000,-
c. Pakan
§ Pakan benih 30 kg @ Rp 5000,. Rp. 150.000,-
§ Pakan induk 100 kg @ Rp 4500,. Rp. 450.000,-
d. Peralatan
§ Pompa air3 bh @ Rp. 110.000,- Rp.
330.000,-
§
Diesel
1 bh @ Rp. 600.000,- Rp. 600.000,-
§ Sikat
1.bh @.Rp. 25.000,- Rp. 25.000,-
§ Jaring 1 bh @.Rp. 150.000,- Rp. 150.000,-
§
Bak 5 bh @ Rp. 3.000,- Rp. 15.000,-
§
Timba 7 bh @.Rp. 3.000,- Rp. 21.000,-
§ Alat seleksi 6 bh @.Rp. 4.000,- Rp.
24.000,-
§ Ciruk 5 bh @. Rp. 2.000,- Rp. 10.000,-
§ Gayung 5 bh @. Rp.1.000,- Rp. 5.000,-
§ Selang Rp. 90.000,-
§ Paralon Rp. 80.000,-
e. Tenaga kerja 2 orang @ Rp. 300.000., Rp.
600.000,-
f. Biaya tak terduga 10% Rp. 1.000.000,-
g.
Transportasi 12
bulan x Rp.200.000., Rp. 2.400.000,-
h.
Pajak Bumi Bangunan 1 tahun Rp. 50.000,-
Total
biaya produksi Rp. 29.450.000,-
Penjualan
lele per kg @ Rp 15.000
Pendapatan 500 kg x Rp. 15.000 = Rp.
7.500.000
BUDIDAYA BELUT
Sebelum pembuatan kolam dimulai, lokasi
bakal pembuatan kolam perlu diperhatikan. Survei lokasi sehatusnya dilakukan sebagai langkah awal bagipara
investor atau peminat sebelum memutuskan untuk membangun kolam. Namun,
kenyataan yang terjadi kini sering tidak denikian. Umumnya orang memiliki tanah
terlebih dahulu baru tertarik untuk membangun kolam. Meskipun demikian,
tidaklah berlebihan jika dalam diktat ini disinggung langkah –langkah yang
idelauntuk membuat kolam.
Luas
lahan yang akan dibuat kolam harus diukur terlebih dahulu. Kemiringan lahan
juga harus diukur, kemudian menentukan batas kolam yang akan dibuat.
Kolam untuk belut, pembuatan kolam meliputi pengamatan letak lahan, pembuatan skema (gambar) konstruksi, pengerjaan pengganlian, serta pemasangan danpembuatan bagian- bagian perlengkapan kolam seperti pintu air, saringan dan lain-lain.
Kolam untuk belut, pembuatan kolam meliputi pengamatan letak lahan, pembuatan skema (gambar) konstruksi, pengerjaan pengganlian, serta pemasangan danpembuatan bagian- bagian perlengkapan kolam seperti pintu air, saringan dan lain-lain.
Pelaksanaan Budidaya Belut :
1. Penyiapan Sarana dan Peralatan
Jika dalam memilih lokasi sudah ditentukan
dimana lokasi kolam yang akan dibuat dan telah memenuhi persyaratan maka
pembangunan kolam sudah dapat dimulai. Namun sebelumnya harus ditentukan dulu
jenis kolam yang akan dibuat sebab kegiatan budidaya belut yang lengkap
memerlukan jenis kolam sesuai dengan kegiatan yang hendak dilakukan. Adapun
jenis-jenis kolam yang harusadadi suatu areal budidaya belut adalah kolam
penampungan induk, kolam pemijahan dan pendederan, dan kolam pembesaran.
Ukuran
kolam untuk semua jenis kegiatan tidak sama besarnya, yaitu :
1. Kolam penampungan induk,ukurannya 200
cm X 200 cm dengan kedalaman 100 cm
2. Kolam pemijahan dan pendederan, ukurannya
200 cm X 200 cm dengan
kedalaman100
cm
3. Kolam pembesaran, ukurannya 500 cm X
500 cm dengan kedalaman 120 cm
2. Media Pemeliharaan
Setelah
kolam selesai dibuat yang paling utama adalah pemberian media pemeliharaan
sebelum kolam tersebut dipergunakan, yaitu media untuk tempat hidup belut berupa
tanah sawah atau Lumpur kolam yang sudah dikeringkan, pupuk kandang, pupuk
kompos (sekam/gabah padi yang sudah dibusukkan), jerami padi, cincangan pisang,
pupuk Urea, dan pupuk NPK, dengan perbandingan sebagai berikut :
- Lapisan pertama paling bawahjerami padi
setinggi 40 cm
- Diatas jerami ditaburi secara merata
pupuk Urea 5 Kg dan NPK 5 Kg
(Untuk ukuran kolam 500 cm X 500 cm, apabila kolamnya lebih besar atau lebih kecil ukuran ini, perbandingan pupuk diatasdapat dijadikan patokannya)
(Untuk ukuran kolam 500 cm X 500 cm, apabila kolamnya lebih besar atau lebih kecil ukuran ini, perbandingan pupuk diatasdapat dijadikan patokannya)
- Lapisan kedua tanah / Lumpur setinggi 5
cm
- Lapisan ketiga pupuk kandang setinggi 5
cm lapisan keempat pupuk kompos setinggi5
cm
- Lapisan keempat tanah / Lumpur setinggi
5 cm
- Lumpur kelima cincangan batang pisang
setinggi 10 cm
- Lapisan Keenam tanah / Lumpur setinggi
15 cm
- Lapisan ketujuh air setinggi 10 cm
- Diatas air ditanami secara merat ecenfg
gondok sampai menutupi ¾ permukaan kolam.
Setelah
semua media pemeliharaan terisi dalam kolam, diamkan media pemeliharaan
tersebut selama 2 (Dua) minggu agar seluruh media mengalami proses permentasi. Dan
setelah 2 (Dua) minggu slesai poroses permentasinya maka benih / bibit belut
dapat dimasukkan ke kolam pemeliharaan tersebut.
3. Penebaran Benih
Pelaksanaan
pengembangbiakkan sudah bisa dimulai dengan telah terlengkapinya semua sarana
yang dibutuhkan. Untuk tahapan ini yaitu memilih benih. Agar diperoleh belut
berkualitas baik dan tidak menghasilkan keturunan abnormal, benih yang dipilih
harus memenuhi syarat sebagai berikut :
1. Anggota tubuhnya masih utuh dan mulus,
yaitu tidak ada luka bekas gigitan,
2. Gerakan tubuhnya lincah dan agresif.
3. Penampilannya sehat yang dicirikan dari
tubuhnya yang keras, tidak lemas jika pegang
4. Tubuhnya berukuran kecil dan berwarna
kuning kecoklat-coklatan
5. Usianya berkisar 2 bulan – 4 bulan
Belut mempunyai kelamin
ganda (Hermaprodit) pada kehidupannya. Belut ini menjalani pergantian kelamin dari betina ke jantan dalam siklus
kehidupannya. Belut muda selalu berkelamin betina. Sedangkan belut yang sudah
tua selalu berkelamin jantan. Dan karena sifat – sifat belut serupa itu, amka
pada belut bisa terjadi masa kosong kelamin atau banci. Dengan adanya perubahan
kelamin inilah pada belut sering terjadi kanibalisme, saling bunuh dan makan
diantara mereka sendiri.
a.
Ciri Induk Belut Jantan
-
Berukuran panjang lebih dari 40 cm
-
Warna permukaan kulit lebih gelap atau abu – abu
-
Bemtuk kepala tumpul
-
Usianya diatas sepuluh tahun
b. Ciri Induk Belut Betina
- Berukuran panjang antara 20 cm -30 cm
- Warna permukaan kulit lebih cerah atau
lebih muda
- Warna hijau muda pada punggung dan warna
putih kekuningan pada perutnya
- BEntuk kepala runcing
- Usianya dibawah sembilan bulan
4. Perkembangbiakkan Belut
Belut ini mudah berkembang biak dialam,
tetapi juga tidak sulit dikembangbiakkan di kolam, asal media dikolam
menyerupai habitat aslinya. Secara alami berkembang biak setahun sekali, tapi
dengan masa perkawinan yang amat panjang yaitu mulai dari musim penghujan
sampai dengan permulaan musim kemarau (Kurang lebih empat sampai lima bulan).
Perkawinan
belut umumnya tiba akan terlihat belut jantan berbomdong ramai – ramai berenang
ke berbagai penjuru kearah tepian. Diperairan yang dangkal itulah nantinya
belut jantan menggali lubang perkawinan. Lubang perkawinan diabangun mirip “U”.
Selanjutnya dalam lubang tersebut belut jantan lalu membuat gelembung-gelembung
udara yang membusa di permukaan air diatas salah satu lubnagnya. Busa – busa
tersebut berguna untuk menarik perhatian lawan jenisnya. Belut jantan menanti
kehadiran belut betina di lubang yang tidak diliputi busa.
Setelah
belut betina yang dinanti tiba, sebelum perkawinan dilangsungkan akan terjadi
cumbu-cumbuan mesra terlebih dahulu. Dalam perkawinan telur-telur dari betina
akan dikeluarkan disekitar lubang dibawah busa-busa yang mengapung pada
permukaan aor. Telur yang sudah dibuahi selanjutnya akan dicakup belut jantan
untuk disemburkan dan diamankan dalam lubang persembunyian.
Kemudian
belut jantanlah yang akan menjalani tugas menjaga telur – telur tersebut sampai
menetas. Selama menjaga telur ini belut jantan galaknya bukan main. Setiap
mahluk yang mendekat ke sarang pasti akan diserang.
5. Penetasan
Telur –telur dialam akan menetas setelah
9-10 hari kemudian. Tetspi untuk dikolam pendederan dan pemijahan telur-telur
belut akan menetas dalam waktu 12-14 hari. Sewaktu baru menetas warna anak
belut kuning setelah itu pelan – pelan berubah menjadi kuning kecoklatan dan
selanjutnya menjadi coklat muda. Anak –anak belut yang sudah menetas sementara
masih diasuh oleh belut jantan selama dua minggu. Setelah berumur 15 hari
anak-anak belut sudah bisa berenag sendiri dan meninggalkan sarana penetasan.
Mereka sudah mampu menggali lubnag dan mencari makanan sendiri tempat lain.
6. Pemberian
Pakan
Belut
yang masih kecil memakan zooplankton yang halus seperti antara lain Protozoa
(Hewan bersel satu), Mikrokrusasea (Udang-udangan renik), invertebrate
mikroskopik (hewan –hewan tak bertulang belakang yang kecil-kecil). Sedangkan
belut yang mulai dewasa memakan larva-larva serangga, cacing siput, berudu
kodok, dan benih-benih ikan yang masih lemah.
7. Pemanenan
Untuk
memanen belut, diperlukan ketepatan waktu panen dan cara panen. Wadah
penampungan juga perlu disiaokan untuk membawa belut hasil panen di lokasi
penjualan. Belut siap dipanen untuk kebutuhan pasar local dari mulai penaburan
benih minimal 3 bulan (Sisitem dengan pembesaran), sedangkan untuk kebutuhan
pasar ekspor dari mulai penaburan benih minimal 6 bulan (sisitem dengan
pembesaran).
ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA BELUT
a.
Lahan
§ Pembuatan kolam dan media Rp. 4.500.000,-
b.
Bibit/benih
§
Bibit belut 40 kg x Rp. 20.000/kg Rp. 800.000,-
c.
Pakan
§
Pakan 50 kg @ Rp. 5000., Rp. 250.000
Total biaya produksi belut Rp. 5.550.000,-
Penjualan belut per kg @ Rp 50.000
Pendapatan: 200 kg x Rp. 50.000 = Rp. 10.000.000
Jadi, Total Pendapatan:
Lele : 2 x panen (1 tahun) = 2 x 750.000 = 15.000.000
Belut : 3 x panen (1 tahun) = 3 x 10.000.000 = 30.000.000 +
45.000.000
Gaji
pegawai: 300.000/orang = 12 bulan x 2 x
300.000 = 7.200.000
Transportasi: 12
bln x 200.000 = 2.400.000
Pajak Bumi &
Bangunan =
50.000 +
9.650.000
Maka, keuntungan
bersih dalam 1 tahun = Rp. 45.000.000 – Rp. 9.650.000
= Rp. 35.350.000,-
KRITERIA INVESTASI
Payback Period (PP)
PP = Nilai Investasi x
1 tahun
Kas Masuk Bersih (dalam 1 tahun)
PP = 35.000.000
x 1 tahun
35.350.000
=
0,99
= 1 tahun
Tabel 1. Analisis
Usaha Budidaya Lele dan Belut per Tahun
Uraian
|
volume
|
Harga satuan (Rp)
|
Biaya (Rp)
|
||
A
|
Sarana Produksi
|
|
|
|
|
|
Benih Lele
|
3000
|
Ekor
|
150
|
450.000
|
|
Benih Belut
|
40
|
Kg
|
20.000
|
800.000
|
|
|
|
|
|
|
B
|
Peralatan
|
|
|
|
|
|
Pompa Air
|
3
|
Buah
|
110.000
|
330.000
|
|
Diesel
|
1
|
Buah
|
600.000
|
600.000
|
|
Sikat
|
1
|
Buah
|
25.000
|
25.000
|
|
Jaring
|
1
|
Buah
|
150.000
|
150.000
|
|
Bak
|
5
|
Buah
|
3.000
|
15.000
|
|
Timba
|
7
|
Buah
|
3.000
|
21.000
|
|
Alat Seleksi
|
6
|
Buah
|
4.000
|
24.000
|
|
Ciruk
|
5
|
Buah
|
2.000
|
10.000
|
|
Gayung
|
5
|
Buah
|
1.000
|
5.000
|
|
Selang
|
1
|
Buah
|
90.000
|
90.000
|
|
Paralon
|
1
|
Buah
|
80.000
|
80.000
|
|
|
|
|
|
|
C
|
Upah Tenaga Kerja
|
|
|
|
|
|
Pembersihan kolam dan
Pemeliharaan
|
2
|
Orang
|
300.000
|
600.000
|
|
|
|
|
|
|
D
|
Lain-lain
|
|
|
|
|
|
Beli Tanah
|
12 x 15 m
|
Meter
|
100.000
|
18.000.000
|
|
Kolam Lele
|
4
|
Buah
|
|
5000.000
|
|
Kolam Belut
|
3
|
Buah
|
|
4.500.000
|
|
Transportasi
|
12
|
Bulan
|
200.000
|
2.400.000
|
|
Pajak Bumi dan Bangunan
|
1
|
Tahun
|
50.000
|
50.000
|
|
|
|
|
|
|
E
|
Pemeliharaan
|
|
|
|
|
|
Pakan Benih Lele
|
30
|
Kg
|
5.000
|
150.000
|
|
Pakan induk Lele
|
100
|
Kg
|
4.500
|
450.000
|
|
Pakan Belut
|
50
|
Kg
|
5.000
|
250.000
|
|
|
|
|
|
|
F
|
Biaya Tak Terduga
|
1
|
Tahun
|
1.000.000
|
1000.000
|
|
|
|
|
|
|
Total Biaya: 35.000.000
|
|||||
Penjualan dan Keuntungan
|
|
|
|
|
|
Produksi per panen
|
|
|
|
|
|
Lele
|
500
|
Kg
|
|
|
|
Belut
|
200
|
Kg
|
|
|
|
Banyaknya
panen dalam setahun
|
|
|
|
|
|
Lele
|
2
|
Kali
|
|
|
|
Belut
|
3
|
Kali
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Harga Jual
|
|
|
|
|
|
Lele
|
Rp. 15.000
|
/Kg
|
|
|
|
Belut
|
Rp. 50.000
|
/Kg
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Pendapatan
tiap kali panen
|
|
|
|
|
|
Lele
|
500
|
Kg
|
15.000
|
7.500.000
|
|
Belut
|
200
|
Kg
|
50.000
|
10.000.000
|
|
|
|
|
|
|
|
Pendapatan
per tahun
|
|
|
|
|
|
Lele
|
2
|
Kali
|
7.500.000
|
15.000.000
|
|
Belut
|
3
|
Kali
|
10.000.000
|
30.000.000
|
|
|
|
|
|||
B/C Ratio tahun ke-1
|
(Pendapatan per Tahun / Total Biaya)
|
1.28
|
|||
|
|
|
Tabel 2. Hasil Cash Flow
Tahun
|
Biaya Total (Ct) (jutaan rupiah)
|
Penerimaan Total (Bt) (jutaan rupiah)
|
0
|
35
|
0
|
1
|
15
|
45
|
2
|
20
|
50
|
3
|
45
|
70
|
4
|
25
|
55
|
5
|
10
|
30
|
Tahun
(1)
|
Biaya Total (Ct) (jutaan rupiah)
(2)
|
Penerimaan Total (Bt) (jutaan rupiah)
(3)
|
PF
(4)
|
PF (Ct)
(5)=(2)(4)
|
PF (Bt)
(6)=(3)(4)
|
NPV
(7)=(6)-(5)
|
0
|
35
|
0
|
1
|
35
|
0
|
-35
|
1
|
15
|
45
|
0,87
|
13,05
|
39,15
|
26,10
|
2
|
20
|
50
|
0,76
|
15,20
|
38,00
|
22,80
|
3
|
45
|
70
|
0,66
|
26,40
|
46,20
|
19,80
|
4
|
25
|
55
|
0,57
|
14,25
|
31,35
|
17,10
|
5
|
10
|
30
|
0,50
|
5,00
|
15,00
|
10,00
|
|
|
|
|
108,90
|
169,70
|
60.8
|
|
|
|
|
|
NPV (i=0,15)
|
|
Maka, keuntungan ekonomis investasi penambahan kolam sebesar Rp.60,8 juta,
karena NPV > 0 maka investasi tersebut layak dipertimbangkan.
BCR(t) = ∑ PF (Bt)
∑ PF (Ct)
= 169,70
108,90
= 1,55
Manfaat ekonomi investasi ini adalah 1,55 kali lebih besar dari pada nilai
biaya total pada tingkat suku bunga. Artinya setiap Rp 1 yang diinvestasikan
akan memberi hasil sebesar 1,55, karena BCR > 1 maka investasi dalam
pembuatan kolam ini banyak secara ekonomis.
Tahun
(1)
|
Biaya Total (Ct) (jutaan rupiah)
(2)
|
Penerimaan Total (Bt) (jutaan rupiah)
(3)
|
PF
(4)
|
PF (Ct)
(5)=(2)(4)
|
PF (Bt)
(6)=(3)(4)
|
NPV
(7)=(6)-(5)
|
0
1
2
3
4
5
|
35
15
20
45
25
10
|
0
45
50
70
55
30
|
1
0,87
0,76
0,66
0,57
0,50
|
35
13,05
15,20
26,40
14,25
5,00
|
0
39,15
38,00
46,20
31,35
15,00
|
-35
26,10
22,80
19,80
17,10
10,00
|
|
|
|
|
108,90
|
169,70
|
60.8
|
|
|
|
|
|
NPV (i=0,15)
|
|
Tahun
(1)
|
Biaya Total (Ct) (jutaan rupiah)
(2)
|
Penerimaan Total (Bt) (jutaan rupiah)
(3)
|
PF
(4)
|
PF (Ct)
(5)=(2)(4)
|
PF (Bt)
(6)=(3)(4)
|
NPV
(7)=(6)-(5)
|
0
1
2
3
4
5
|
35
15
20
45
25
10
|
0
45
50
70
55
30
|
1
0,66
0,44
0,30
0,20
0,13
|
35
9,90
8,80
13,50
5,00
1,30
|
0
29,70
22,00
21,00
11,00
3,90
|
-35
19,80
13,20
13,50
6,00
2,60
|
|
|
|
|
73,5
|
87,60
|
20,10
|
|
|
|
|
|
NPV (i=0,50)
|
|
Tahun
(1)
|
Biaya Total (Ct) (jutaan rupiah)
(2)
|
Penerimaan Total (Bt) (jutaan rupiah)
(3)
|
PF
(4)
|
PF (Ct)
(5)=(2)(4)
|
PF (Bt)
(6)=(3)(4)
|
NPV
(7)=(6)-(5)
|
0
1
2
3
4
5
|
35
15
20
45
25
10
|
0
45
50
70
55
30
|
1
0,57
0,33
0,19
0,11
0,06
|
35
8,57
6,53
8,55
2,67
0,61
|
0
25,65
16,50
13,30
6,05
1,80
|
-35
17,08
9,97
4,77
3,38
1,19
|
|
|
|
|
61,93
|
63,30
|
1.39
|
|
|
|
|
|
NPV (i=0,75)
|
|
Tahun
(1)
|
Biaya Total (Ct) (jutaan rupiah)
(2)
|
Penerimaan Total (Bt) (jutaan rupiah)
(3)
|
PF
(4)
|
PF (Ct)
(5)=(2)(4)
|
PF (Bt)
(6)=(3)(4)
|
NPV
(7)=(6)-(5)
|
0
1
2
3
4
5
|
35
15
20
45
25
10
|
0
45
50
70
55
30
|
1
0,55
0,30
0,17
0,09
0,05
|
35
8,25
6,00
7,65
2,25
0,50
|
0
24,75
15,00
11,90
4,95
1,50
|
-35
16,50
9,00
4,25
2,70
1,00
|
|
|
|
|
59,65
|
58,10
|
(1,55)
|
|
|
|
|
|
NPV (i=0,80)
|
|
NPV (i = 0,15) = 60,80 > 0
NPV (i = 0,50) = 20,10 > 0
NPV (i = 0,75) = 1,39 > 0
NPV (i = 0,80) = (1,55) < 0
NPV = 0 terletak antara interest 75 dan 80 %
IRR = i1 + NPV x
(i2-i1)
NPV1-NPV2
Maka: IRR = 0,75 + 1,39 x
(0,80-0,75)
1,39-
(-1,55)
= 0,75 +
1,39 x 0,05
2,94
= 0,7736
IRR = 77,36 %
Karena pada interest rate = 77,36 % nilai NPV = 0,
berarti IRR > suku bunga yang berlaku 15 %, berarti proyek ini layak secara
ekonomis.
trimakasih atas infonya...
ReplyDeleteminta izin copas, nambah ilmu ternak lele... sukses selalu...