Rambu-Rambu dalam Perayaan Maulid
Sumber: m.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,10-id,56832-lang,id-c,ubudiyah-t,Rambu+Rambu+dalam+Perayaan+Maulid-.phpx
Maulid Nabi |
Keutamaan Mauilid Nabi dan Larangan di dalamnya perayaan maulid nabi yang ada di Indonesia memang sangat kontra dengan beberapa muslim lainnya yang berada di Indonesia. tetapi hal ini tidak memecahakan rasa persatuan yang ada pada diri masyarakat indonesia. dan panulis amat merasa bahagia bisa hidup damai dalam Negeri tercinta ini :) dalam artikel ini perbedaan bukanlah bahasan. tetapi yang menjadi bahasan adalah beberapa hal yang tidak boleh dilakukan dalam melaksanakan maulid Nabi dan beberapa hal yang di Anjurkan di dalamnya.
Perayaan hari kelahiran Rasulullah saw (maulid Nabi) tidak terbatas pada satu waktu tertentu. Bahkan alangkah baiknya jikalau seorang muslim terus menerus mengingat Rasulullah saw, karena beliaulah uswah hasanah yang paling sempurna. Pada hakikatnya perayaan maulid merupakan amal kebajikan. Jika amal ini disetai dengan keihklasan dan niat yang lurus akan menjelma sebagai sebuah ibadah yang nilai pahalanya dijanjikan oleh Allah SWT.
Maksud niat yang lurus adalah merayakan dengan penuh rasa kegembiraan dan kecintaan atas kelahiran Rasulullah saw. Sebagaimana keterangan Ibn Taimiyah yang dikutip Sayyid Muhammad bin Alwi al-Maliki , yaitu:
ﻳَﻘُﻮْﻝُ ﺍِﺑْﻦُ ﺗَﻴْﻤِﻴَّﺔ ﻗَﺪْ ﻳُﺜَﺎﺏُ ﺑَﻌْﺾُ ﺍﻟﻨَّﺎﺱِ ﻋَﻠَﻲ ﻓِﻌْﻞِ ﺍﻟْﻤَﻮْﻟِﺪِ ﻭَﻛَﺬَﻟِﻚَ ﻣَﺎ ﻳُﺤْﺪِﺛُﻪُ ﺑَﻌْﺾ ﺍﻟﻨَّﺎﺱِ ﺇﻣَّﺎ ﻣُﻀَﺎﻫَﺎﺓ ﻟِﻠﻨَّﺼَﺎﺭَﻯ ﻓِﻰ ﻣِﻴْﻼَﺩِ ﻋِﻴْﺴَﻰ ﻋﻠﻴﻪ ﺍﻟﺴﻼﻡ ﻭَﺇﻣَّﺎ ﻣَﺤَﺒَّﺔٌ ﻟِﻠﻨَّﺒﻲ ﺻﻠﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻭَﺗَﻌْﻈِﻴْﻤًﺎﻟَﻪُ ﻭَﺍﻟﻠﻪ ﻗَﺪْ ﻳُﺜِﻴْﺒُﻬُﻢْ ﻋَﻠَﻰ
ﻫَﺬِﻩِ ﺍﻟْﻤَﺤَﺒَّﺔِ ﻭَﺍﻻﺟْﺘِﻬَﺎﺩِ ﻻَ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟْﺒِﺪَﻉِ .
Ibn Taimiyyah berkata, “orang-orang yang melaksanakan perayaan Maulid Nabi akan diberi pahala. Demikian pula apa yang dilakukan oleh sebagian orang. Adakalanya bertujuan meniru di kalangan Nasrani yang memperingati kelahiran Isa AS, dan adakalanya juga dilakukan sebagai ekspresi rasa cinta dan penghormatan kepada Nabi Muhammad. Allah Ta’ala akan memberi pahala kepada mereka atas kecintaan mereka kepada Nabi mereka, bukan atas bid’ah yang mereka lakukan .”( Manhajus Salaf fi Fahmin Nushush Bainan Nadzariyyat wat Tathbiq, hl. 399)
Sebagai amal yang baik tentunya perayaan maulid harus bersih dari hal-hal yang berbau negative, buruk dan dosa. Seperti tradisi yang telah berlaku di Nusantara ini maulidan biasa dilakukan secara bersama-sama dalam satu majlis. Biasanya dalam majlis tersebut akan dikumandangkan ayat al-Qur’an sebagai pembukaan lantas pembacaab maulid dhiba’, atau al-barzanji atau syaraful anam dan berbagai puji-pujian kepada Rasulullah saw yang lain.
Tidak hanya itu saja, malahan disebagian tempat ada ta’lim yang diisi oleh seorang muballigh yang berdawah menuturkan dan mengelu-elukan Rasulullah saw sebagai uswah hasanah.
Tentunya berbagai bentuk kreatifitas perayaan ini sangat tergantung pada tradisi masing-masing daerah. Hanya saja standar yang harus ada dalam sebuah perayaan maulid adalah pembacaan al-Qur’an, penuturan kisah Rasulullah saw dan tidak lupa hidangan sebagai bentuk rasa syukur atas rahmat Allah swt akan diutusnya Rasululla saw.
Hidangan ini juga menjadi ruang berbagi sedekah bagi mereka yang mampu. Sehingga akan tercipta suasana kebersamaan antar umat. Bentuk perayaan seperti inilah yang diisyaratkan oleh Imam al-Suyuthy (849-910 H/ 1445-1505 M) dalam Husnul Maqshad fi Amalil Maulid :
ﺃﻥَّ ﺃﺻْﻞَ ﻋَﻤَﻞِ ﺍﻟْﻤَﻮْﻟﺪِ ﺍﻟَّﺬِﻯ ﻫُﻮَ ﺍِﺟْﺘِﻤَﺎﻉُ ﺍﻟﻨَّﺎﺱِ ﻭَﻗِﺮَﺍﺀَﺓُ ﻣَﺎ ﺗَﻴَﺴَّﺮَ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻘُﺮْﺁﻥِ . ﻭَﺭِﻭﺍَﻳَﺔُ ﺍﻷﺧْﺒَﺎﺭِ ﺍﻟﻮَﺍﺭِﺩَﺓ ﻓِﻰ ﻣَﺒْﺪَﺀِ ﺃﻣْﺮِ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲِّ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻭَﻣَﺎ ﻭَﻗَﻊَ ﻓِﻰ ﻣَﻮْﻟِﺪِﻩِ ﻣِﻦَ ﺍﻵﻳَﺎﺕِ ﺛُﻢَّ ﻳَﻤُﺪُّ ﻟَﻬُﻢْ ﺳِﻤَﺎﻁٌ ﻳَﺄﻛُﻠُﻮْﻧَﻪُ ﻭَﻳَﻨْﺼَﺮِﻓُﻮْﻥَ ﻣِﻦْ ﻏَﻴْﺮِ ﺯِﻳَﺎﺩَﺓٍ ﻋَﻠَﻰ ﺫَﻟِﻚَ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﺒِﺪَﻉِ ﺍﻟْﺤَﺴَﻨَﺔِ ﺍﻟَّﺘِﻰ ﻳُﺜَﺎﺏُ ﻋَﻠَﻴْﻬَﺎ ﺻَﺎﺣِﺒُﻬَﺎ ﻟِﻤَﺎ ﻓِﻴْﻪِ ﻣِﻦْ ﺗَﻌْﻈِﻴْﻢِ ﻗَﺪْﺭِ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲِّ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻭَﺍِﻇْﻬَﺎﺭِ ﺍﻟْﻔَﺮَﺡِ ﻭَﺍﻻِﺳْﺘِﺒْﺸَﺎﺭِ ﺑِﻤَﻮْﻟِﺪِﻩِ ﺍﻟﺸَّﺮِﻳْﻒِ .
artinya " Bahwa asal perayaan Maulid Nabi Muhammad, yaitu manusia berkumpul, membaca al-Qur’an dan kisah-kisah teladan kemudian menghidangkan makanan yang dinikmati bersama, setelah itu mereka pulang. Hanya itu yang dilakukan, tidak lebih. Semua itu termasuk bid’ah hasanah. Orang yang melakukannya diberi pahala karena mengagungkan derajat Nabi dan menampakkan suka cita dan kegembiraan atas kelahiran Nabi Muhammad yang mulia . (Al-Hawy Lil Fatawa , Juz I, h. 189-197 )
Sumber: m.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,10-id,56832-lang,id-c,ubudiyah-t,Rambu+Rambu+dalam+Perayaan+Maulid-.phpx
0 Response to "Keutamaan Mauilid Nabi dan Larangan di dalamnya"
Post a Comment