PERNYATAAN AHOK VS HABIB RIZIEQ MENURUT KAJIAN BAHASA 2

Ahok Vs Habib Riziq
PERNYATAAN AHOK VS HABIB RIZIQ MENURUT KAJIAN BAHASA

halaman sebelumnya<<<<
disampaikan oleh orang yang sama, dalam konteks situasi yang berbeda, dapat menyampaikan makna yang berbeda.

C. Temanmu datang menanyakan pendapatmu tentang cara dia berpakaian, dan kamu berkata, “Penampilamu terlihat buruk, baju itu tidak pantas untuk bentuk tubuhmu.” Apa yang akan dilakukan temanmu? Berterima kasih, mengganti pakaiannya, dan menanyakan pendapatmu kembali.
Bagaimana jika kamu menyampaikan perkataan yang sama kepada seseorang yang tidak ada ikatan emosi denganmu? Misalnya kepada orang yang kamu temui di mall, atau seorang tamu yang datang ke rumahmu untuk keperluan lain, kamu berkata, “Penampilamu terlihat buruk, baju itu tidak pantas untuk bentuk tubuhmu.”. Bagaimana mereka akan merespon? Jika kamu lakukan pada orang pertama, kemungkinan dia akan menggamparmu dengan tas belanjaannnya. :D :D Jika pada orang kedua, tamumu akan langsung pergi, mungkin setelah dia menyiramkan air minum ke wajahmu. Hihihihihi... :D

Temanmu bukan saja memiliki ikatan lebih dekat denganmu; dia mempercayai kompetensimu untuk menilai dan juga datang dengan kondisi siap untuk mendengar penilaianmu tentang penampilannya. Sedangkan tamu kedua datang tidak untuk mendengarmu mengkritisi penampilannya.
Situasi tersebut menggambarkan bahwa:

Orang yang sama, mengatakan hal yang sama, pada pendengar (recipient) yang berbeda, dapat menyampaikan makna yang berbeda.
Sampai di sini kamu masih belum paham kenapa orang merespon video Ahok berbeda dengan video Habib? Mungkin kamu butuh minum kopi...hehehehe...

Pragmatik (Pragmatics) seperti halnya semantik (Semantic) adalah cabang ilmu bahasa yang mengkaji makna. Jika semantic mengkaji makna satuan lingual secara internal, pragmatic mengkaji makna satuan lingual secara eksternal. Yule (1996:3) menyebutkan ada 4 definisi pragmatic, yaitu mencakup (a) bidang yang mengkaji makna penutur, (b) makna menurut konteksnya, (c) tentang makna yang diujarkan, dan (d) bidang yang mengkaji bentuk ekpresi menurut jarak sosial yang membatasi participan yang terlibat dalam percakapan tertentu.

Lebih lanjut Om David Crystal (1987), mendefinisikan pragmatic sebagai berikut: “pragmatics studies the factors that govern our choice of language in social interaction and the effect of our choice on others. In theory, we can say anything we like. In practice, we follow a large number of social rules (most of them unconsciously) that constrain the way we speak.”

Lebih jelas ya...? Jadi, dalam berkomunikasi yang penting bukan hanya apa yang dituturkan (ujaran / utterance), tetapi juga siapa yang menuturkan (penutur / speaker), kepada siapa kita bertutur (petutur / recipient) dan dalam konteks apa tindak tutur dilakukan. Secara tidak langsung Om David juga berkata, dalam interaksi sosial terdapat pilihan bahasa (yang harus diperhatikan) dan efeknya terhadap orang lain (pendengar). Walaupun dalam teori kita dapat mengatakan apa saja, namun praktiknya kita mengikuti aturan sosial yang membatasi cara kita berbicara.

Adakah di antara kamu yang berkomentar, “saya yakin banget kalo ini pasti bukan penistaan agama soalnya yang ngomong Habib Rizieq, jadi gak mungkin dia salah maupun didemo!”
Jawabnya: Ya, memang itulah intinya! Masih tidak paham juga? Coba sesap kopimu dan aktifkan sel-sel kecil kelabu di otakmu itu... qiqiqiqi... :D
Utterance (Tuturan)

Ahok: “...bapak ibu jangan mau dibohongi pakai al-maidah ayat 51...”
Habib: “...nipu umat pakai ayat quran, nipu umat pakai hadist...” (Silakan cari video lengkap masing2).
Sudah paham dong struktur kalimat di atas?
Siapa yang berbohong? Orang! Mereka yang menggunakan ayat.
Bukan ayatnya? Bukan!

Lantas apa peran ayat di sini? Alat untuk berbohong atau alat kebohongan.
Lalu mengapa respon publik berbeda atas ucapan yang sama? Simak poin di bawah

Speaker (Penutur)

Ahok: Siapa Ahok? Seorang gubernur / pejabat pemerintah, beragama Nasrani.
Apakah Ahok dipandang (oleh pendengarnya) sebagai orang yang mengerti Quran? Tidak.
Mengerti tafsir Quran? Tidak.
Berkompetensi dalam menyampaikan ayat Quran? Tidak.
Mengimani Quran? Tidak.
Habib: Siapa Habib Rizieq? Seorang guru (ustad) yang memiliki jamaah (pengikut) yang mempercayainya sebagai orang yang berilmu agama.
Apakah Habib dipandang (oleh pendengarnya) sebagai orang yang mengerti Quran dan Hadist? Ya.
Berkompetensi dalam menyampaikan ayat Quran? Ya.
Mengimani Quran? Ya.
>>>halaman selanjutnya

0 Response to "PERNYATAAN AHOK VS HABIB RIZIEQ MENURUT KAJIAN BAHASA 2"

Post a Comment